Visi, Misi,
Tujuan, Program dan Strategi Pencapaian
Oleh : Ridwan
A. Pendahuluan
Hampir seluruh
organisasi mempunyai impian (dream) dan gambaran tentang masa depan
dirinya, lebih-lebih bagi organisasi yang berfokus pada profit oriented mereka
selalu mempunyai target tertentu untuk tahun berikutnya atau lima tahun, bahkan
sepuluh tahun bahkan ada lagi dua puluh lima tahun yang akan datang atau
mungkin sepanjang masa.[1]
Untuk mewujudkan impian
tersebut, suatu organisasi harus dapat memaparkannya secara tertulis sebagai
pedoman dalam mewujudkannya, yang lebih dikenal dengan perancangan sistem
manajeman kinerja. Adapun bentuk-bentuk dari pedoman tersebut diantaranya visi,
misi dan strategi perusahaan.
Dalam makalah ini,
penulis mencoba membahas tentang perancangan sistem manajemen kinerja dengan memfokuskan pembahasan kepada visi, misi, program dan strategi pencapaiannya.
Sehingga pembaca khususnya penulis dapat memahami perbedaan dari masing-masing
sistem manajemen tersebut.
B. Pembahasan
Sebelum mengkaji proses
perancangan sistem manajemen kinerja, ada baiknya dipahami dulu sepuluh
kesalahan besar yang sering dilakukan dalam proses perancangan sistem manajemen
kinerja. Dengan memahami keselupuh kesalahan ini, diharapkan sistem manajemen
kinerja yang dirancang dapat menghasilkan sistem yang kuat, kontekstual dan mampu
terap (applicable).[2]
Sepuluh kesalahan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menelusuri keluaran yang tidak dapat dikendalikan
Sebuah
sistem manajemen kinerja seharusnya mencakup ukuran-ukuran yang sangat bermakna
bagi seluruh stakeholder.
2. Mengumpulkan data yang telah diketahui sebelumnya
Pengumpulan
data tanpa ada tindak lanjut merupakan pemborosan waktu dan biaya.
3. Mengumpulkan data yang tidak perlu
4. Terlalu menitikberatkan pada survei kepuasan pelanggan
5. Eksekutif yang terlalu berfokus pada ukuran detail
6. Ukuran yang tidak terkait dengan rencana strategis
7. Gagal mendefinisikan korelasi/ keterkaitan yang praktis
antarukuran yang diterapkan
8. Melaporkan data yang sulit dibaca dan sulit dianalisis
9. Terlalu menitikberatkan pada pengukuran proses bukan hasil
Setelah diketahui
permasalahan-permasalahan yang akan mengganggu jalannya perencanaan sistem
manajemen kinerja, maka diharapkan dalam perumusan visi, misi dan tujuan
program sesuai dengan apa yang diharapkan.
1. Visi
Visi merupakan
rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau
perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Visi mencanangkan masa depan perusahaan
untuk 3 sampai dengan 10 tahun ke depan, yang merupakan hal yang sangat krusial
bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.[4]
Syarifudin Hasan dalam bukunya mengatakan bahwa visi merupakan cita-cita masa
depan yang ada dalam benak pendiri yang kira-kira mewakili seluruh anggota
perusahaan.[5]
Dirgantoro mendefenisikan visi sebagai suatu pandangan yang jauh tentang
perusahaan, tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut.[6]
Visi merupakan pandangan
yang memiliki kekuatan untuk menentukan arah suatu masa depan dari organisasi
berdasarkan nilai-nilai masa lalu yang masih dipegang, yang dijadikan pedoman,
tingkah laku bagi individu ataupun kelompok yang merupakan hasil perpaduan dari
kecerdasan, pengetahuan, pengalaman dan penghayatan terhadap nilai-nilai yang
berlaku.[7]
Dari beberapa
pengertian diatas, penulis mengambil pemahaman bahwa visi adalah kalimat yang
menyatakan tentang keinginan yang ingin dicapai dengan merumuskan cara untuk
mencapainya.
Visi dapat digunakan
sebagai; a) penyatuan tujuan, arah dan sasaran perusahaan; b) dasar untuk
pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya; c) pembentuk dan
pembangun budaya perusahaan.[8]
Visi yang baik memiliki
kriteria sebagai berikut:
a. Menyatakan cita-cita atau keinginan perusahaan di masa depan
b. Singkat, jelas, fokus dan merupakan standar of excellence
c. Realistis dan sesuai dengan kompetensi organisasi
d. Atraktif dan mampu menginspirasikan komitmen serta antusiasme
e. Mudah diingat dan dimengerti seluruh karyawan serta mengensankan
bagi pihak yang berkepentingan
2. Misi
Hendrawan Supratikno
mengartikan misi adalah merupakan rangkaian utama yang harus dilakukan
organisasi untuk mencapai visinya. Sebagaimana yang dikutipnya dari Peter
Drucker, untuk merumuskan misi, organisasi harus mengajukan pertanyaan : “in
what businesses are we in or should be in” (dalam bisnis apa kita berada,
atau seharusnya ada). Jika bisnis adalah hasil interaksi antara tiga faktor,
yaitu pasar, produk dan teknologi, maka pertanyaan tentang misi pertama-tama
berkaitan dengan ranah (domain) kegiatan yang akan dilakukan oleh organisasi.[10]
Murniati mengatakan
bahwa misi merupakan sebuah deskripsi alasan bagi eksistensi sesuatu organisasi,
yang mencerminkan tujuan fundamentalnya. Ia merupakan prinsip yang mengarahkan,
yang merangsang proses perumusan tujuan dan strategi.[11]
Syarifuddin
mendefenisikan misi sebagai penjabaran secara tertulis mengenai visi agar misi
menjadi mudah dimengerti atau jelas bagi seluruh staf perusahaan.[12]
Moeheriono mendefenisikan misi adalah kegiatan yang harus dilaksanakan atau
fungsi yang harus diemban oleh suatu organisasi untuk merealisasikan visi yang
telah ditetapkan.[13]
Beberapa manfaat dari
keberadaan misi, yaitu:
a. Terjadinya kesatuan dan kebulatan tujuan perusahaan yang jelas
dan terarah sesuai visi
b. Tersedianya dasar alokasi sumber daya dan dana korporasi yang
dibutuhkan
c. Tersedianya dasar pengembangan iklim organisasi dan motivasi
kerja karyawan
d. Tersedianya dasar identifikasi diri dan evaluasi bagi seluruh
karyawan
e. Terfasilitasinya proses penerjemahan tujuan ke dalam struktur
organisasi
Rumusan misi yang baik dan mempunyai
beberapa kriteria dan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Rumusannya sejalan dan searah dengan visi satuan organisasi dan
satuan kerja
b. Rumusannya jelas, terang, dengan bahasa yang lugas, tegas dan
enak dibaca
c. Rumusannya menggambarkan pekerjaan atau fungsi yang harus
dilaksanakan
d. Isinya dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu atau
mempunyai target terealisir
3. Tujuan program
Dalam menjalankan misinya,
perusahaan/ sekolah akan menentukan tujuan yang harus dicapai dalam rangka
menetapkan standar yang harus dipenuhi sebagai tolok ukur keberhasilan sebuah
misi. Tujuan merupakan suatu pernyataan kualitatif mengenai keadaan ataupun
hasil yang ingin dicapai dimasa akan datang.[16]
Adapun makna tujuan menunjukkan kepada futuritas (masa depan) yang
terletak pada suatu jarak tertentu yang tak akan dapat dicapai kecuali dengan
usaha (ikhtiar) melalui proses tertentu pula.[17]
Dalam merumuskan tujuan sekolah, ada
beberapa hal yang harus dipenuhi dalam menentukan tujuan.
a. Tujuan tersebut haruslah spesifik atau khusus
b. Realistis atau memungkinkan untuk dicapai
c. Fleksibel dapat menyesuaikan situasi
d. Dapat diukur baik dari sisi waktu pencapaian nilai uang
dan ukuran-ukuran lainnya
e. Konsisten yaitu setiap tujuan harus sejalan dengan tujuan-tujuan
lain seperti tujuan jangka pendek dan jangka panjang.[18]
4. Strategi pencapaian
Strategi digunakan untuk memperleh
kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.[19]
Strategi adalah sebuah rencana yang komprehensif mengintegrasikan segala resources
dan capabilities yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk
memenangkan kompetisi. Gaffar berpendapat bahwa strategi adalah rencana yang
mengandung cara komprehensif dan integratif yang dapat dijadikan pegangan untuk
bekerja, berjuang dan berbuat guna memenangkan kompetensi. Strategi merupakan
instrumen manajemen yang ampuh dan tidak dapat dihindari tidak hanya untuk
survival dan memenangkan persaingan tetapi juga untuk tumbuh dan berkembang.[20]
Strategi dapat mengacu pada konten
atau yang menjadi focus, juga mengarah pada jangka waktu pencapaian sasaran
mutu atau target pencapaian standar nasional pendidikan atau melampaui SNP
yakni;
a. Strategi jangka pendek (estimasi selama 5 tahun). Fokus pada akademik
(standar isi, proses, kompetensi lulusan dan penilaian)
b. Strategi jangka panjang (estimasi selamat 15 tahun). Semua aspek
dalam penyelenggaraan pendidikan (standar ketenagaan, sarana prasarana,
pembiayaan, pengelolaan dan standar tambahan lainnya).[21]
[1]
Moeheriono, Indikator Kinerja Utama (IKU), Perencanaan, Aplikasi dan
Pengembangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 1
[2]
Dermawan Wibisono, Manajamen Kinerja (Konsep, Desain dan Teknik Meningkatkan
Daya Saing Perusahaan), (Jakarta: Erlangga, 2011), h.40
[3]
Ibid, h. 40-42
[4]
Ibid,h. 43
[5]
Sjarifuddin Hasan, Manajemen Strategik, (Jakarta: Global Future
Institute, 2013), h. 83
[6]
Crown Dirgantoro, Manajemen Strategik Konsep, Kasus & Implementasi,
(Jakarta: PT Grasindo, 2001), h. 24
[7]
Murniati, Manajemen Stratejik “Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan”,
(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), h. 100
[8]
Dermawan, op.cit., h. 43
[9]
Ibid,h. 43
[10]
Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management: Back to Basic Approach,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003)
[11]
Murniati, op.cit., h. 106
[12]
Sjarifuddin Hasan, op.cit., h. 94
[13]
Moeheriono, op.cit., h. 15
[14]
Ibid, h. 16
[15]
Ibid, h. 19
[16]
Sjarifuddin Hasan, op.cit., h. 87
[17]
M. Arifin, Ilmu Pendidikan islam; Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 53-54
[18]
Sjarifuddin Hasan, op.cit., h. 24
[19]
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2011), h. 126
[20]
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,
(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 137
[21]
Nanang Fattah, Sistem Penjamin Mutu Pendidikan: Dalam Konteks Penerapan MBS,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar