SELEKSI DAN REKRUTMEN
Pengertian, Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal
Terhadap Kebijakan dan Seleksi
Oleh: Ridwan


A.    Pendahuluan
Ada pepatah mengatakan “the important is not the gun, but the man behind the gun”. Artinya kurang lebih “yang paling penting bukanlah pistol, tetapi orang yang memegang pistol tersebut”. Dari ungkapan tersebut dapat memberi pemahaman kepada kita bahwa, keberhasilan dalam mengerjakan sesuatu itu tidak hanya bergantung kepada bagusnya sistem, ketatnya peraturan, mesin atau peralatan pekerjaan yang berkualitas, tetapi dibalik keberhasilan itu tidak terlepas dari orang dibelakang semua itu.
Karena alasan seperti itu maka manajemen sumber daya manusia sebagai suatu kajian tidak boleh ditinggalkan oleh para manajer maupun pemerhati manajemen agar dapat mengelola pegawai dengan baik. Dalam mempelajari kajian ini dapat menghilangkan anggapan pekerja sebagai alat produksi melainkan sebagai aset perusahaan yang harus dijaga dan dipelihara sebaik mungkin.
Secara umum ada lima fungsi manajemen sumber daya manusia yang dikemukakan oleh Zaenuddin Achmad yaitu analisis jabatan, pengadaan tenaga kerja, pengembangan tenaga kerja, pemberian kompensasi atau pengupahan dan evaluasi atau penilaian kerja pegawai.[1]
Dalam pengadaan tenaga kerja yang lebih dikenal dengan rekrutmen merupakan upaya mencari tenaga kerja sesuai dengan pedoman dan manajemen sumber daya manusia, sehingga pekerja yang direkrut sesuai dengan ungkapan “the right man in the right place” dengan terbebas dari praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
Untuk lebih memfokuskan permasalahan dalam kajian makalah ini, penulis akan mencoba membahas tentang tapahan dalam pengadaaan tenaga kerja dengan pokok permasalahan pada proses seleksi dan rekrutmen.  
B.     Pembahasan
1.      Pengertian
Karyawan adalah kekayaan atau aset utama dari setiap perusahaan. Peran karyawan sangat menentukan berhasil tidaknya perusahaan mencapai sasarannya. Perusahaan harus selalu berusaha untuk memperoleh dan menempatkan karyawan yang qualifed pada setiap jabatan dan pekerjaan supaya pelaksanaan pekerjaan lebih berdaya guna serta berhasil guna.[2]
Proses seleksi dimulai setelah kumpulan para pelamar yang memenuhi syarat didapat melalui perekrutan, yang melibatkan serangkaian tahapan yang menambah kompleksitas dan waktu sebelum keputusan rekrutmen personalia diambil. Dengan kata lain, proses seleksi adalah serangkaian langkah kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah pelamar diterima atau tidak. [3]
       a. Seleksi
Zaenudin sebagaimana dikutipnya dari berbagai pakar seperti Melayu Hasibuan, seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan dan penentuan pelamar yang diterima atau ditolak untuk menjadi karyawan perusahaan. Seleksi ini didasarkan kepada spesifikasi tertentu dan setiap perusahaan bersangkutan. Dale Yoder seleksi adalah suatu proses ketika calon karyawan dibagi dua bagian, yaitu yang akan diterima dan yang ditolak. Dari beberapa defenisi yang diutarakannya maka Zaenudin menyimpulkan bahwa seleksi merupakan usaha yang harus dilakukan perusahaan untuk memperoleh karyawan yang qualified dan kompeten yang akan menjabat serta mengerjakan semua pekerjaan pada perusahaan, kiranya hal inilah yang mendorong pentingnya pelaksanaan seleksi penerimaan karyawan baru bagi setiap perusahaan.[4]
Seleksi merupakan proses untuk memutuskan pegawai yang tepat dari sekumpulan calon pegawai yang didapat melalui proses perekrutan, baik perekrutan internal maupun eksternal.[5]
Seleksi merupakan proses memilih orang-orang yang memenuhi spesifikasi kebutuhan organisasi. Proses ini sangat bervariasi untuk tiap organisasi. Masing-masing menerapkan kebutuhan yang berbeda dalam perlakuan seleksi. Biasanya proses standar meliputi tes seleksi, wawancara, referensi dan evaluasi kesehatan.[6]
Andrew E. Sikula dalam A.A Anwar mendefenisikan penyeleksian adalah pemilihan. Menyeleksi merupakan suatu pengumpulan dari suatu pilihan. Proses seleksi melibatkan pilihan dari berbagai objek dengan mengutamakan beberapa objek saja yang dipilih. Dalam kepegawaian, seleksi lebih secara khusus mengambil keputusan dengan membatasi jumlah pegawai yang dapat dikontrak kerjakan dari pilihan sekelompok calon-calon pegawai yang berpotensi.[7]
Tujuan proses seleksi adalah untuk mencocokan orang dengan pekerjaannya secara benar jikalau individu atau karena beberapa sebab tidak sesuai dengan pekerjaan maupun organisasi, dia kemungkinan akan angkat kaki dari perusahaan.[8]
b.  Rekrutmen
Veithzal Rivai dalam Suwatno menyatakan bahwa rekrutmen pada hakikatnya merupakan proses menentukan dan menarik pelamar, yang mampu untuk bekerja dalam suatu perusahaan. Proses ini dimulai ketika para pelamar dicari dan berakhir ketika lamaran-lamaran mereka diserahkan/ dikumpulkan. Selain itu rekrutmen juga dapat dikatakan sebagai proses untuk mendapatkan sejumlah SDM (karyawan) yang berkualitas untuk menduduki suatu jabatan atau jabatan dalam suatu perusahaan.[9]
A.A. Anwar sebagaimana yang diambil dari berbagai sumber seperti Andrew E. Sikula mendefenisikan penarikan pegawai adalah tindakan atau proses dari suatu usaha organisasi untuk mendapatkan tambahan pegawai untuk tujuan operasional. Arun Monappa berpendapat bahwa penarikan pegawai adalah memproses lamaran atau memproses calon-calon pegawai untuk posisi pekerjaan tertentu. Dari berbagai pendapat diatas, A.A Anwar menyimpulkan perekrutan pegawai adalah suatu proses atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tambahan pegawai yang melalui tahapan yang mencakup identifikasi dan evaluasi sumber-sumber penarikan pegawai, menentukan kebutuhan pegawai yang diperlukan perusahaan, proses seleksi, penempatan dan orientasi pegawai.[10]
Rekrutmen juga merupakan serangkaian kegiatan mencari dan memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang diperlukan untuk menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian.[11]
Menurut Mathis dan Jackson mendefenisikan perekrutan sebagai proses mengumpulkan sejumlah pelamar yang berkualifikasi bagus untuk pekerjaan di dalam organisasi.[12]
Dari beberapa defenisi di atas dapat penulis pahami bahwa rekrutmen adalah proses yang diawali dengan mencari karyawan yang dibutuhkan dan diakhiri dengan menerima atau menolak calon karyawan tersebut.
Adapun tujuan rekrutmen adalah untuk memenuhi penawaran sebanyak mungkin dari calon-calon karyawan sehingga organisasi memiliki peluang yang lebih besar untuk menentukan pilihan terhadap calon pelamar yang dianggap memenuhi standar kualifikasi organisasi.[13]
2.      Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal terhadap Kebijakan dan Seleksi
Sebelum penulis membahas tentang pengaruh lingkungan internal dan eksternal terhadap kebijakan dan seleksi, terlebih dahulu penulis akan mencoba menguraikan sumber-sumber penarikan pegawai. Adapun sumber penarikan pegawai pertama adalah sumber dari dalam perusahaan yang diupayakan melalui mutasi yang mencakup promosi jabatan, transfer dan demosi jabatan, kedua sumber dari luar perusahaan yang diupayakan melalui iklan media masa, lembaga pendidikan dan depnaker.[14]
Ike Kusdyah mengemukakan bahwa sumber internal yaitu calon pengisi posisi tertentu dicari dan diseleksi dari tenaga kerja yang ada dalam organisasi saat ini. Sedangkan sumber eksternal yaitu menarik calon tenaga kerja dari luar organisasi. Cara ini dapat dilakukan melalui iklan di media masa, melalui perguruan tinggi yang akan menghasilkan lulusan yang dikehendaki oleh perusahaan atau melakukan kerjasama dengan lembaga swasta, baik formal maupun non formal, departemen tenaga kerja atau kelompok swadaya masyarakat untuk merekrut calon yang potensial.[15]
Randall S. Schuler dan Susan dalam Suwatno menjelaskan sumber penarikan pegawai dari internal meliputi karyawan yang ada sekarang yang dapat dicalonkan untuk dipromosikan, dipindah tugaskan atau dirotasi tugasnya, serta mantan karyawan  yang bisa dikaryakan dan dipanggil kembali. Sedangkan sumber eksternal merupakan upaya mendapatkan karyawan dari luar perusahaan yang memiliki bobot atau kualifikasi tertentu.[16]
Kebanyakan lowongan pekerjaan diisi dengan orang dari dalam perusahaan dan posisi lainnya sangat mungkin diisi dari sumber luar. Metode rekrutmen dari dalam meliputi penempatan pekerjaan, inventarisasi keahlian, penawaran pekerjaan dan rekomendasi karyawan. Metode rekrutmen dari luar mencakup dari kalangan lembaga pendidikan, penggunaan advertensi dan agen atau biro pencari kerja.[17]



Keunggulan dan Kelemahan rekrutmen karyawan internal dan eksternal.
                  a. Keunggulan internal
1)      Karyawan telah familiar dengan perusahaan
2)      Biaya rekrutmen dan pelatihan lebih rendah
3)      Meningkatkan moral dan motivasi karyawan
4)      Peluang berhasil, karena penilaian kemampuan dan keahlian lebih tepat.
         b. Kelemahan internal
1)      Konflik politik promosi posisi
2)      Tidak berkembang
3)      Masalah moral tidak dipromosikan
         c.  Keunggulan eksternal
1)      Memiliki gagasan dan pendekatan baru
2)      Bekerja mulai dengan lembaran bersih dan memperhatikan spesifikasi pengalaman
3)      Tingkat pengetahuan dan keahlian tidak tersedia dalam perusahaan yang sekarang
         d.  Kelemahan eksternal
1)      Keterbatasan keteraturan antara karyawan dan perusahaan
2)      Moral dan komitmen karyawan rendah
3)      Periode penyesuaian yang lama.[18]


 Berbagai kebijakan yang dapat mempengaruhi rekrutmen :
a. Kebijakan promosi dari dalam. Kebijakan promosi dari dalam dimaksudkan untuk menawarkan kesempatan pertama atas lowongan kerja kepada karyawan saat ini.
b. Kebijakan kompensasi. Organisasi bersama dengan departemen sumber daya manusia biasanya menetapkan kisaran gaji untuk pekerjaan yang berbeda guna memastikan gaji dan upah yang adil.
   c. Kebijakan status kepegawaian. Beberapa perusahaan menganut kebijakan pengangkatan karyawan paruh waktu dan karyawan sementara. Meskipun semakin banyak minat terhadap pengangkatan karyawan semacam ini, kebijakan tersebut dapat menyebabkan perekrut menolak semua pelamar, kecuali yang mencari pekerjaan purnawaktu.
    d. Kebijakan pengangkatan internasional. Kebijakan bisa saja menghendaki lowongan kerja asing harus diisi oleh karyawan lokal.
   e.   Rencana strategik dan rencana sumber daya manusia. Rencana strategik (strategic plans) menunjukkan arah perusahaan dan menetapkan jenis tugas dan pekerjaan yang perlu dilaksanakan.
   f.  Kebiasaan perekrut. Kesuksesan perekrut di masa lalu dapat berubah menjadi kebiasaan.
g.      Kondisi eksternal. Kondisi pasar tenaga kerja merupakan faktor utama dalam lingkungan eksternal yang mempengaruhi penarikan.[19]
Selain itu, pencarian kebutuhan tenaga baru dari luar perusahaan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni:
a.       Yang pertama adalah kondisi ekonomi negara secara umum. Jika kondisi ekonomi relatif sulit, maka biasanya akan terjadi oversupply atau calon pekerja jauh lebih besar dibanding jumlah permintaan. Jika hal ini terjadi, maka perusahaan relatif lebih mudah untuk mencari karyawan baru, sebab para pelamar kerja melimpah.
b.      Faktor kedua adalah ketersediaan tenaga kerja pada bidang yang dicari. Jika bidang yang dicari merupakan bidang yang tergolong langka, maka perusahaan akan lebih sulit dalam memenuhi kebutuhan karyawannya.
c.       Faktor ketiga adalah reputasi perusahaan. Suatu perusahaan cenderung akan lebih mudah mencari dan merekrut the best people, jika perusahaan itu memiliki reputasi bagus, sehingga best graduates akan berlomba-lomba bekerja didalamnya.[20]
Ike Kusdyah mengungkapkan, kendala dalam proses perekrutan antara lain:
a.       Karakteristik organisasi
Karakteristik organisasi akan menentukan desain dan pelaksanaan sistem rekrutmen dalam organisasi yang tercermin dalam nilai, norma dan budaya perusahaan, filosofi organisasi, visi dan misi organisasi, serta tujuan dan strategi organisasi.
  
b.      Tujuan dan kebijakan organisasi
Tujuan organisasi adalah ingin mencapai penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien serta menyelaraskannya dengan kebijakan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c.       Kondisi lingkungan eksternal organisasi
Kondisi lingkungan akan mempengaruhi nasib organisasi secara keseluruhan. Karena sebagai suatu sistem, organisasi akan berinteraksi dengan lingkungannya.
d.      Biaya rekrutmen organisasi
Pada bagian ini, zaman sekarang sudah dapat ditekan biaya perekrutan dengan cara memposting keinginan membutuhkan karyawan baru pada media sosial secara online.
e.       Kompensasi
Besarnya kompensasi akan mempengaruhi minat pelamar untuk menjadi karyawan disebuah organisasi.
f.       Kebiasaan rekrutmen
g.      Pasar tenaga kerja[21]

C.    Penutup
Dari pemahasan ini, dapat penulis simpulkan bahwa rekrutmen dan seleksi adalah tahapan yang dilaksanakan oleh manajemen SDM dalam proses penerimaan karyawan. Dalam perekrutan bisa diambil dari karyawan yang berasal dari internal perusahaan/ organisasi atau bisa juga diambil dari luar perusahaan/ organisasi.
Dalam perekrutan internal maupun eksternal terdapat berbagai kelemahan dan kelebihan dari tahapan tersebut, namun kebijakan perekrutan dapat dipengaruhi oleh kebijakan promosi, kompensasi, status kepegawaian dan lain sebagainya.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan untuk kesempurnaan makalah ini, penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca khususnya dari dosen pembimbing. Atas masukan dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.



DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Zaenudin, Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007
Suwatno dan Donni Juni Priansa, Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2011
Rachmawati, Ike Kusdyah, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi, 2007
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, cet ix
Mangkuprawira, Sjafri, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, cet ke-2
http://savehuman.wordpress.com/2011/05/13/rekrutmen-sumber-daya-manusia/ diunduh tanggal 08 Januari 2015




[1] Zaenudin Achmad, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007), h. 7
[2] Ibid, h. 40
[3] Suwatno dan Donni Juni Priansa, Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 88
[4] Zaenudin Achmad, op.cit., h. 40
[5] Suwatno dan Donni Juni Priansa, op.cit., h. 89
[6] Ike Kusdyah Rachmawati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Andi, 2007), h. 15
[7] A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet ix, h. 35 
[9] Suwatno dan Donni Juni Priansa, op.cit.,  h. 62
[10] A.A. Anwar, op.cit., h. 33              
[11] Ike Kusdyah Rachmawati, op.cit., h. 84
[12] Suwatno dan Donni Juni Priansa, op.cit., h. 63
[13] Ike Kusdyah Rachmawati, op,cit., h. 84
[14] A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, op.cit., h. 34
[15] Ike Kusdyah Rachmawati, op.cit., h. 91-93
[16] Suwatno dan Donni Juni Priansa, op.cit., h. 72-74
[17] Sjafri Mangkuprawira, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), cet ke-2, h. 96
[18] Ibid, h. 96
[19] Suwatno dan Donni Juni Priansa, op.cit., h. 66-67
[21] Ike  Kusdyah Rachmawati, op.cit., h. 85-90

MPI 1 L1 UIN SUSKA RIAU: SEJARAH PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM (Pembentukan...


SEJARAH PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM
(Pembentukan Dinasty Abbasiyah)

Oleh : Ridwan



A.    PENDAHULUAN
Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: الخلافة العباسية, al-khilāfah al-‘abbāsīyyah) atau Bani Abbasiyah (Arab: العباسيون, al-‘abbāsīyyūn) adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari  Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan dikenal dengan nama Mamluk.
Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering disebut Amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulaqu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Baghdad.[1]
Dengan banyaknya pembahasan dan perkembangan yang terjadi pada masa dinasty Abbasiyah, baik dari segi sejarah terbentuknya, perkembangan dan kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan serta kemunduran dan kehancuran dinasty Abbasiyah. Untuk itu, pemakalah hanya akan memfokuskan makalah ini hanya pada aspek sejarah terbentuknya dinasty Abbasiyah. Untuk kesempurnaan makalah ini, penulis mengharapkan kritikan dan sarannya untuk kesempurnaan.
B.     PEMBAHASAN
1.      Sejarah Berdirinya Dinasty Abbasiyah
Dinasty Abbasiyah mulai terbentuk setelah hancurnya dinasty Umayyah yang disebabkan oleh pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di sekitar ibukota kerajaan yang tersebar dari Palestina hingga Hims. Pemberontakan itu memiliki kesamaan dengan pertikaian antara suku Qays dengan Yaman yang karena di provokasi oleh tokoh-tokoh yang berambisi merebut kekhalifahan berkembang menjadi perang sipil yang dipimpin oleh dua orang pendahulunya Yazid III dan Ibrahim. Yazid memperburuk keadaan karena menyokong ajaran Qadariyah, sementara Ibrahim memimpin kelompok Yaman untuk melawan Yazid. Marwan II yang didukung oleh suku Qays, melakukan kesalahan besar dengan memindahkan bukan saja kediamannya, tapi juga birokrasi negara ke Harran di Mesopotamia, karena dukungan terbesar mereka sebenarnya berasal dari orang Suriah. Selain orang Suriah, pendukung utama Dinasty Umayyah, orang Khawarij di Irak kini mulai memberontak.[2]
Dengan jatuhnya ibukota Khurasan diikuti kemudian pada 749 dengan jatuhnya ibukota Irak, Kufah –tempat persembunyian Abu al-Abbas- yang menyerah kepada para pemberontak tanpa perlawanan berarti. Pada hari Kamis 30 Oktober 749, pengakuan publik diberikan di masjid kepada Abu al-Abbas sebagai khalifah. Dengan demikian, khalifah Dinasty Abbasiyah pertama telah diangkat. Dimana-mana, pasukan berbendera putih dinasty Umayyah dikalahkan oleh pasukan berbendera hitam dinasty Abbasiyah, dan sekutu-sekutunya.[3]
Untuk merebut kekuasaan maka ‘Abdullah ibn ‘Ali (paman dari khalifah yang baru diangkat) memenangkan pertemuran dari perlawanan sia-sia yang diberikan Marwan di sisi kiri Sungai Zab Besar. Atas kemenangan ini maka kota-kota lain yang dikuasai oleh dinasty Umayyah satu persatu jatuh ke tangan dinasty Abbasiyah dengan mudah. Hanya kota Damaskus yang harus dikepung, namun setelah beberapa hari, kota besar itu menyerah pada 26 April 750. Setelah tertangkap dan dibunuhnya sang khalifah maka simbol kekhalifahan diserahkan kepada Abu al-Abbas.[4] Abu al-Abbas mengundang pemuka-pemuka dinasti Umayyah untuk jamuan makan. Ketika jamuan itu berlangsung, sejumlah kurang lebih 80 orang dari bani Umayyah itu dibunuh oleh Abu al-Abbas. Sejak itu ia terkenal sebagai As-Safah, yaitu sang penumpah darah.[5] Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi saat ini banyak bertempat tinggal di timur laut Tikrit, Iraq sekarang.[6]
Akan tetapi masa pemerintahannya begitu singkat, As-Saffah meninggal (754-775 M) karena penyakit cacar air ketika berusia 30-an. Saudaranya yang juga penerusnya, Abu Ja’far (754-775) yang mendapat julukan Al-Manshur adalah khalifah terbesar Dinasty Abbasiyah. Meskipun bukan seorang muslim yang saleh, dialah sebenarnya, bukan As-Saffah, yang benar-benar membangun dinasti baru itu. Seluruh khalifah yang berjumlah 35 orang berasal dari garis keturunannya.[7]
2.      Pemimpin-pemimpin terkemuka dalam Bani Abbasiyah
Masa kejayaan Abbasiyah terletak pada khalifah setelah As-Saffah. Masa keemasan (Golden Prime) Abbasiyah terletak pada 10 khalifah. Hal ini berbeda dengan Badri Yatim, yang memasukkan 7 Khalifah sebagai masa kejayaan Abbasiyah, Jaih Mubarok memasukkan 8 khalifah sebagai masa kejayaan Abbasiyah. Begitu pula Harun Nasution hanya memasukkan 6 khalifah ke dalam kategori sebagai khalifah yang memajukan Abbasiyah.[8]
Kesepuluh khalifah tersebut; As-Saffah (750), al-Manshur (754), al-Mahdi (775), al-Hadi (785), ar-Rasyid (786), al-Amin (809), al-Ma’mun (831), al-Mu’tashim (833), al-Watsiq (843) dan al-Mutawakkil (847).[9]
3.      Wilayah Kekuasaan Bani Abbasiyah[10]


Wilayah kekuasan terluas Bani Abbasiyah ,sek 850.


4. Silsilah Bani Abbasiyah[11] 



5.      Garis Keturunan Kepemimpinan Abbasiyah.[12]


Catatan:
a.       k. merupakan tahun kekuasaan
b.       Angka, merupakan nomor urut seseorang menjadi khalifah.
c.        Nama dengan huruf kapital merupakan khalifah yang berkuasa.

C.    PENUTUP
Dinasty Abbasiyah terbentuk setelah hancurnya dinasty Umayyah. Proses terbentuknya dinasty Abbasiyah adalah dengan pergolakan/pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok keturunan Bani Hasyim[13] serta kaum mawali[14]dengan pimpinannya Abu al-Abbas dari keturunan Bani Hasyim. Mereka merasa bahwa Umayyah telah zalim dalam kepemimpinannya, hanya mengagungkan ke-Araban murni, baik khalifah atau pegawai dan rakyatnya sehingga terjadilah semacam kasta dalam negara. Tongkat kepemimpinan Abbasiyah/khalifah dipimpin oleh Abu al-Abbas setelah terbunuhnya Marwan bin Muhammad sebagai khalifah terakhir dari bani Umayyah.



DAFTAR PUSTAKA

Hitti, Philip K., History of The Arabs; From the Earliest Times to the Present,Terj; R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006
http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyah diunduh tgl 1 Desember 2013
Nst, Syamruddin. Sejarah Peradaban Islam, Pekanbaru: Badan Penelitian dan Pengembangan Fak. Ushuludin UIN Suska Riau, 2007
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007. cet 3
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008




[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyah diunduh tgl 1 Desember 2013
[2]Philip K. Hitti, History of The Arabs; From the Earliest Times to the Present, Terj; R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006) cet II, h. 355
[3]Ibid,
[4]Ibid, h. 356
[5] Syamruddin Nst, Sejarah Peradaban Islam, (Pekanbaru: Badan Penelitian dan Pengembangan Fak. Ushuludin UIN Suska Riau, 2007), h. 65
[6] http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyah diunduh tgl 1 Desember 2013
[7] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 2008), cet x, h. 129
[8] Ibid,
[9] Ibid,
[10] http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyahdiunduh tanggal 1 Desember 2013 
[11]Philip K. Hitti, op.cit., h. 230
[12] http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyah. diunduh tanggal 1 Desember 2013
[13] Bani Hasyim adalah seketurunan dengan nabi Muhammad SAW
[14] Mawali adalah keturunan orang asing atau selain orang arab murni. Lihat Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007). cet 3,  h. 49

Logo UMRI terbaru